Friday, 16 March 2012

Modifikasi RX-King

RX King tak akan lekang oleh zaman. Lahir di era 1980-an, namun tetap eksis hingga sekarang. Saat aturan Euro 2 diberlakukan pemerintah, pihak Yamaha sekalian melakukan reformasi di sektor pengabutan. Knalpotnya pun dilengkapi dengan catalyc converter (selanjutnya disebut CC) sehingga mampu menyaring kadar polutan yang cukup tinggi.
Meskipun demikian, bukan berarti tenaga Raja Jalanan ini menjadi memble. Konon justru semakin kencang, berkat kelihaian Reserach and Development (R&D) Yamaha dalam mengolah exhaust agar tetap laju tepatnya makin laju. Bahkan saking PD-nya, bengkel-bengkel Yamaha menyatakan siap memasangkan teknologi CC ini pada pemilik RX King lama. Hanya perlu dudukan baru karena beratnya knalpot bertambah. Untuk biaya, cukup rogoh kocek 1 jutaan untuk menbus beberapa piranti baru seperti knalpot dan tetek bengeknya. 

Anda pun kini bisa nyaman melaju di ibukota tanpa takut ditilang. Siapa takut dengan kadar emisi gas buang melampaui ambang batas dan tenaga sedikit bertambah?
Tahun 2000, Yamaha 125Z (atau Yamaha Tiara) resmi dilepas ke Indonesia lewat final OMR disirkuit Kenjeran, Surabaya. Inilah motor yang diperkenalkan ke publik dengan teknologi peredam emisi gas buang pertama kalinya. Hebohnya, Norick Abe yang kala itu masih bersinar di ajang GP 500 dunia hadir dalam launching motor 125 cc, 2 stroke, air cooled ini. Motor produksi Malaysia ini sempat diprediksi Motor Plus seharga 14 jutaan ternyata lahir dengan bandrol 23 juta! Kemudian penggunaan CC malah menghambat lajunya. Jadi bila anda ingin kencang, salah satu jurus yang harus dilakukan adalah melepas piranti ini.
 
Honda pun sudah memperkenalkan teknologi ramah lingkungan. CC sudah tertanam pada seluruh produk Honda Thailand (NSR series dan Honda Nova). Teknologi itu kondang dengan nama HECS.
Pabrikan lain yang care masalah polutan di tanah air merek lain adalah Kawasaki. Kawasaki Ninja KRR dan RR terbaru sudah dilengkapi dengan peranti ini. Jadi selain tampilan luar yang diubah juga saluran pembuangannya.
 
Bagaimana dengan Suzuki mengenai isu 2 tak ini? Mereka memutuskan untuk tidak memproduksi lagi varian 2 taknya di tahun 2006. Suzuki Satria 120R adalah produk 2 tak tercanggih mereka yang terakhir. Jangan lupakan pula pelopor motor sport 2 tak 150 cc di Asia Tenggara, RGR 150 juga harus di-grounded. Selain tidak ramah lingkungan sudah kalah segalanya dengan para kompetitor yang sudah mempergunakan pendingin air alias radiator. 

Uniknya kedua motor Suzuki di atas posisinya digantikan motor dengan mesin yang persis sama. Suzuki RGR 150 beralih menjadi FXR 150 pada tahun 2000-2004. Menyusul tahun 2004 Satria 120 diganti dengan FU150 yang masih laris hingg kini.
 
Soal adu kencang motor 2 tak bisa dilihat pada event road race open hingga 150cc tahun 2001 di sirkuit Sentul. Kontestannya motor Asia Tenggara, RX King yang di bore up, Yamaha TZM 150, NSR 150, Kawasaki Ninja, dan Cagiva Mito. Ditilik dari segi kapasitas Mito hanya 125 cc. Tapi soal lari, jauuuhhhh… Inilah perbedaan yang mendasar mengapa Cagiva yang kapasitas imut dan terhitung korek standar mampu melewati lawannya yang full kompetisi. 

Ini lebih disebabkan karena teknologi. Cagiva tidak saja keren tampilan luarnya (silahkan perhatian komponennya seperti sokbreker, lengan ayun, velg, ban, bodi), namun juga mesinnya sangat dahsyat. Wajarlah bila berbanderol Rp 60 jutaan melalui importir umum. Padahal saat itu pasaran motor NSR sekitar 30 jutaan.

0 comments:

Post a Comment